DILEMA
12:37:00 PM
Ada yang beda saat memasuki bulan Ramadhan
tahun ini. Kesedihan dalam keluarga besar kami masih merwarnai Ramadhan kali
ini. Tepat sebulan sebelum Ramadhan tahun ini tiba, kami kehilangan seorang
bapak. Bapak yang menurut kami bisa menjadi panutan. Sifat pendiamnya yang
membuat kami segan dengan beliau. Kepergiannya sangat membekas dihati kami
khususnya aku. Di saat detik terakhir kepergiannya aku tidak ada disisnya,
sangat disayangkan. Ramadhan tahun ini sepi, aku merasakan itu. Apalagi mamaku,
beliau sangat merasakan kesepian itu. Selama lebih dari 45 tahun mereka
bersama, kini terpisahkan. Aku tahu mama pasti sangat merasa kehilangan, tapi
mama tidak pernah mengungkapkan pada kami, anak-anaknya. Mama kini benar-benar
sendiri sejak bapak tidak ada. Dari keenam anaknya tidak ada yang tinggal
dengannya satu pun. Aku sebagai salah satu anak perempuannya sangat ingin
menemani beliau. Dari guratan di wajahnya aku tahu mama sangat merasakan
kesedihan yang mendalam. Di awal bulan Ramadhan, aku menemani mama hingga hari
keempat bulan Ramadhan. Bukannya aku tidak ingin terus menemaninya, tapi aku
pun memilki tugas dan kewajiban atas suamiku. Akhirnya di bulan keempat
Ramadhan aku pamit ke Bandung,
meninggalkan mama sendiri. Mama tak keberatan, tapi aku tahu mama sangat ingin
menahanku untuk tetap tinggal bersamanya. Aku dilema. Dengan berat hati aku
kembali ke Bandung
dan berharap mama tidak merasakan kesepian.
Setiba di Bandung, pikiranku tak
menentu. Aku memikirkan mama. Baru sebulan mama ditinggalkan bapak, pastinya
mama masih merasakan kejanggalan atas kesendiriannya. Mama pasti masih butuh
keramaian agar tidak terus larut dalam kesedihan. Benar saja, ketika waktu
berbuka puasa tiba, mama mengirimkan pesan kepadaku, “Mamah buka sendirian aja,
nih. Mama jadi sedih, baru ngerasain sekarang sendiri aja.” Air mataku langsung
tumpah saat membaca pesan singkat dari mama. Aku langsung membalas sms-nya
mencoba menenangkannya. Aku gak sanggup meneleponnya karena aku tidak mau mama
mendengar isak tangisku. Dan bersamaan dengan itu, aku menghubungi kakak
laki-lakiku yang jarak rumahnya dekat dengan mama untuk menemani mama di rumah
selama bulan puasa.
Mama yang selama ini tidak pernah
memperlihatkan kesedihannya akhirnya tak kuasa juga. Dan aku sebagai anaknya
merasakan dilema yang sangat luar biasa. Di satu sisi aku sangat ingin menemani
mama, dan di sisi lain aku pun memiliki tanggung jawab dan kewajiban terhadap
suamiku. Semoga mama mengerti. *19 juli
2013
0 komentar