AKU
12:24:00 AM
Lagi-lagi cuma cerita fiksi. Tapi bukan berarti cerita dibawah ini tidak terjadi di sekitar kita. Cuma mengingatkan, say no to free sex!!! Supaya kita dan orang-orang terdekat kita tidak mengalami hal seperti cerita di bawah ini. Yuk, monggooo.....:)
AKU
Oleh: Andari Yuan
“Awww…” Aku
terkejut ketika ada sesuatu yang menekan perutmu. Ingin rasanya aku marah.
Apakah mereka tidak merasa kasihan denganmu dan juga aku yang merasa kesakitan?
Tapi aku tidak mendengar teriakan kesakitanmu, kamu hanya mendesah menahan
sakit. Perlahan sesuatu yang menekan itu melepaskannya dari perutmu.
“Masih bisa dikeluarkan, Neng.”
kata seorang perempuan setengah baya terdengar olehku. Sepertinya ia sedang
berbicara denganmu. Kamu tidak menjawab, hanya diam. Seperti sedang mempertimbangkan
sesuatu.
“Baiklah, Bu. Mungkin besok saya
akan datang lagi.” katamu setelah beberapa saat terdiam.
“Jangan terlalu lama, Neng. Nanti
keburu besar, susah untuk dikeluarkan.” saran perempuan itu. Lagi-lagi kamu
cuma diam, kemudian pamit pulang.
***
Segelas
cairan masuk kedalam tenggorokanmu. Aku mulai gusar. Selalu setiap kamu meminum
cairan itu, aku merasakan gerakan yang kurang nyaman. Minuman itu sepertinya
tidak enak, pahit. Tapi kamu tetap dan rutin meminumnya. Yang aku tahu, minuman
itu kamu dapatkan dari seorang teman. Temanmu bilang bahwa minuman yang berupa
serbuk itu bisa membuat permasalahanmu hilang. Dan kamu tidak perlu lagi
menanggung malu atas keberadaanku. Sungguh aku tidak mengerti, mengapa
keberadaanku menjadi masalah bagimu?
Kamu mengelus perutmu perlahan. Aku
senang jika kamu sudah mengelus perutmu, aku merasa nyaman. Tapi aku tidak suka
jika kamu tiba-tiba menangis saat mengelus perutmu dan menyadari keberadaanku.
Apalagi jika orang-orang yang ada di rumahmu menyarankan untuk mencelakakanku.
Bisa-bisa kamu seharian menangis sambil menelungkupkan tubuhmu. Saat itu aku
merasa sesak. Ingin rasanya aku menendang-nendang perutmu, tapi aku kasihan
padamu. Kadang kamu juga berteriak sambil mengumpat dan memukul perutmu sendiri,
menyebutkan nama seorang laki-laki. Entah siapa dia. Sepertinya laki-laki itu
yang membuat kamu benci dengan keberadaanku.
***
“Bagaimana,
Neng? Sudah siap?” tanya seorang ibu yang pernah kamu datangi tiga hari yang
lalu. Tiga hari kamu mangkir dari hari yang kamu janjikan sebelumnya. Sekarang
kamu pun masih bingung dan belum menjawab pertanyaan ibu itu. Aku merasa kamu
tertekan dengan keadaanmu. Kamu mengelus perutmu pelan, lagi-lagi aku senang
kamu melakukan itu. Selama hampir satu bulan aku bersamamu, belum pernah kamu
memberikan aura bahagia kepadaku. Sungguh, aku pun ikut merasakan kesedihanmu.
Sebenarnya aku ingin keberadaanku bisa membuatmu bahagia. Tapi ternyata
sia-sia, aku justru menjadi biang dari rasa sedihmu.
“Iya, Bu. Saya siap.” jawabmu terbata.
Aku terkejut mendengar jawabanmu. Aku berteriak dan memohon padamu agar kamu
tidak melakukannya. Tapi kamu tidak mendengar. Kupikir kamu menyayangi aku dan
akan terus mempertahanku. Tapi ternyata tidak.
Kamu membaringkan tubuhmu di sebuah
kasur tipis. Kain panjang sudah membungkus setengah bagian tubuhmu ke bawah.
Aku merasakan getaranmu. Kamu gemetar. Perlahan ibu itu membuka kain yang
menutupi bagian bawah tubuhmu. Tiba-tiba ada suatu benda keras mengenai
tubuhku. Aku terkejut dan merasa ngilu. Belum lagi perutmu yang terus ditekan
oleh ibu itu. Kamu merintih kesakitan, aku pun merasakan hal yang sama. Ah,
tiba-tiba aku seperti keluar dari sebuah lorong, berbarengan dengan itu pula
kamu menjerit kesakitan. Aku tidak lagi berada di ruang yang gelap dan hangat.
Kini semua terang dan aku merasa kedinginan. Sekarang aku tidak bisa merasakan
detak jantungmu lagi. Kamu sepertinya sudah merasa lega dan lepas dari semua
beban. Hanya butiran air mata terselip di sudut matamu, sisa-sisa rasa sakit
yang kamu rasakan tadi. Kini aku hanyalah segumpal darah tak berarti yang
keluar dari perutmu, janin yang tidak kamu harapkan kehadirannya di rahimmu.
Dan aku baru tahu, jika aku tetap bertahan di rahimmu, suatu saat aku bisa
memanggilmu dengan sebutan ibu. ***
0 komentar