Wiskul
WISATA KE KOTA TANGERANG
6:09:00 AM
Kenal dengan Kota Tangerang, kan? Itu, loh tempat dimana saya dilahirkan dan dibesarkan. Hehe...siapa saya? Gak penting dimana saya lahir dan dibesarka kali, yah? Hihi. Kalau ada yang belum tahu dimana letak Kota Tangerang, coba deh buka google map nya. :D. Ada gak? Terdeteksi, gak? duh, kasihan banget.
Oke, oke...Kalau belum pada tahu, akan saya ceritakan sedikit tentang Kota Tangerang. Kota Tangerang itu terletak dibagian perbatasan barat dan Selatan Jakarta. Meski saya sekarang berdomisili di Bandung, tapi saya sering mengunjungi ke sana, karena masih ada orang tua dan saudara-saudara saya yang tinggal di Tangerang.
Satu tempat yang saya tuju jika ke Tangerang selain ke rumah orang tua saya adalah,
mencicipi kulinernya. Tempat kuliner yang tidak pernah bosan saya kunjungi
adalah daerah Pasar Lama. Pasar Lama terletak di Jalan Kisamaun. Kebetulan
letaknya tidak jauh dari rumah orang tua saya.
Kemarin
(Desember 2014),saat liburan sekolah anak saya, selama seminggu saya dan
anak-anak memilih berlibur ke rumah orang tua saya, di Tangerang. Banyak berubah dari keadaan Kota Tangerang dahulu
dan sekarang. Wajah Tangerang sekarang lebih hidup, banyak tempat yang bisa
dikunjungi. Beda dari jaman sebelum tahun 2000an.
Sejak
sekitar tahun 2000-an, Tangerang semakin dikenal dengan daerah pecinannya.
Daerah Pecinan terletak di kawasan Pasar Lama. Kebudayaan-kebudayaan Tionghoa,
seperti pertunjukan Barongsai dan Perlombaan Perahu Naga (Perayaan Pecun) di
sepanjang Sungai Cisadane. Perayaan Pecun secara rutin di laksanakan oleh
Pemerintah Daerah Tangerang setiap tanggal 5, tahun ke 5, penanggalan Imlek.
Perayaan Pecun menjadi ketertarikan sendiri bagi wisatawan yang berkunjung ke
Kota Tangerang.
Ketika kita
memasuki kawasan Pasar Lama, di sepanjang jalan tersebut banyak penjual
berbagai makanan. Ada beberapa makanan yang menjadi makanan khasTangerang.
Seperti Laksa, Kue Ape, Asinan Bedeng, Asinan Lanjin, Kue Rangi, Es Podeng, Ketoprak, dan
Opak ketan yang diolesi gula caramel.
Salah satu jajanan yang ada di kawasan Pasar Lama. Kue Ape dan Pancong
(kalau di Bandung namanya Bandros)
JL. Cilame, Pasar Lama, tempat menuju Kelenteng Boen Tek Bio
dan Benteng Heritage
Jalanan
sepanjang Pasar Lama itu tidak pernah sepi, banyak mobil parkir hingga menutupi
setengah jalan. Anehnya hal itu dibiarkan, malah sudah menjadi cirri khas
kawasan itu.
Jika kita
memasuki bagian dalam Pasar Lama,tepatnya di Jl. Cilame, terdapat Kelenteng
yang bernama Boen Tek Bio, Kelenteng tersebut diperkirakan berdiri sejak tahun
1684. Dan kali ini saya berkesempatan berkunjung ke Kelenteng Boen Tek Bio. Kelenteng Boen Tek Bio di dominasi dengan warna merah, di bagian dalamnya
terdapat bermacam-macam altar tempat masing-masing dewa bersemayam. Altar yang
paling besar ditempati oleh Dewi Kuan Im. Saat memasuki Kelenteng, kita akan
disambut dengan pintu sebelah kiri yang bertuliskan “Pintu Kebenaran” di bagian
atasnya. Dan saat keluar melewati pintu sebelah kanan yang di bagian atas
bertuliskan “Pintu Kesusilaan”. Sayangnya saya lupa menanyakan arti dari
tulisan itu di setiap pintunya.
Altar terbesar Dewa Kuan Im, di dalam Kelenteng Boen Tek Bio
Pintu Kesusilaan/Pintu Keluar dari Kelenteng Boen Tek Bio
Tampak depan Kelenteng Boen Tek Bio
Tak jauh
dari Kelenteng, tepat di belakangnya, dan harus memasuki kawasan pasar lebih
dalam, ada sebuah museum yang didalamnya terdapak perna-pernik dan sejarah
tentang kebudayaan Tionghoa hingga masuk ke Kota Tangerang. Museum itu bernama
Benteng Heritage. Benteng Heritage buka dari hari Selasa-Minggu, pukul 10.00-15.00.
Untuk masuk ke dalam Museum, pengunjung perlu merogoh saku sebesar Rp.
20.000/orang dewasa dan Rp. 10.000/anak. Museum atau Benteng Heritage terdapat
dua lantai. Sayangnya, di dalam museum, pengunjung dilarang mengambil gambar/foto.
Di dalam
Benteng Heritage terdapat tulisan tentang kisah perjalanan Laksamana Cheng Ho,
seorang Laksamana muslim keturunan Tionghoa yang menjelajahi Asia dan Afrika
dengan menggunakan kapal besarnya. Konon kapal milik Laksamana jauh lebih besar
dibandingkan kapal milik Colombus (penemu Benua Amerika). Selain itu terdapat pernak pernik peninggalan
kerjaan Tionghoa pada jamannya, seperti sepatu perempuan yang memiliki ukuran
kaki yang sangat kecil. Ukuran sepatu itu seukuran dengan kaki bayi yang baru
lahir, namun sebenarnya sepatu-sepatu itu milik perempuan-perempuan dewasa bangsawan
China jaman dulu. Konon katanya, kecantikan dari perempuan-perempuan Tionghoa
saat itu dilihat dari ukuran kakinya. Semakin kecil ukuran kakinya, semakin
menarik/cantik perempuan itu. Lucu, yah? Kebayang dong bagaimana cara jalan perempuan itu dengan telapak kaki yang kecil menumpu betis orang dewasa (jadi inget Nyonya Puff yang di Spongebob :D). Makanya jaman dulu, para bangsawan perempuan jika keluar rumah selalu ditandu oleh para pengawalnya. Pernah liat kan di film-film China dengan setting jaman dulu?
Selain sepatu, masih
banyak barang-barang peninggalan pada jaman kerajaan Tionghoa dulu,
diantaranya; baju pengantin, permainan kartu mahyong, catur, kursi, dan
barang-barang lainnya.
Benteng Heritage/Museum
Selepas
mengunjungi Benteng Heritage, saya langsung menyerbu kuliner yang tadi berada
di sepanjang jalan Kisamaun, kawasan Pasar Lama. Ketoprak, Es Podeng, Otak-otak dan Kue
Ape yang jadi sasaran jajanan saya kali ini.
Otak-otak
Karena
waktu sudah siang dan saya membawa dua krucils, ditambah cuaca yang cukup
panas, saya memutuskan membawa pulang makanan yang saya beli, tidak makan
ditempat. Meski saat itu jam makan siang,banyak pengunjung yang memilih makan
di tempat.
Akhirnya
saya memutuskan pulang dengan menumpang becak. Ya, di Tangerang Becak masih
menjadi alternative kendaraan umum yang dipakai untuk kemana-mana. Dari kawasan
Pasar Lama tidak jauh menuju kediaman orang tua saya. Dengan menumpang Becak,
kita hanya perlu membayar sekitar Rp. 5000 – Rp. 7000 dan bisa duduk tenang
tanpa kepanasan, diantar pula sampai depan rumah. Asyiik, kan. Becak…Becak…Ayo
bawa saya. ;)
3 komentar
Yuan
ReplyDeleteGa ngicip ke bantal apotik ledo?
Pempek nya juga endesss tapi malem
Iya, Mak Dy...kue bantal alias odading bukan? Itu mah di bandung ge aya. Hehe...
ReplyDeletePempeknya blm nyoba, blm pernah ngerasain wisata malam di daerah pasar lama. Kapan2, deh kalau ke sana lagi. :)
Hahaha itu mah kedemenan gw ya
ReplyDeleteKue bantal
Bawang Goreng situ Enak
Yg pas di gang deket tukang melon