Jalan-jalan ke Tahura
2:27:00 PM Pagi itu, tepatnya di hari Minggu,
hari ke sepuluh di bulan Januari 2016, akhir dari liburan anak sekolah setelah
dua minggu berjalan. Sekitar pukul 06.00, kami (saya, suami, dan si sulung)
bergegas untuk bersiap-siap berangkat seperti yang sudah kami rencanakan
semalam dan beberapa hari sebelumnya. Sedangkan si kecil, masih terlelap.
Karena sudah janji semalam akan pergi, jadi saya bangunkan si kecil. Sayangnya,
anak itu sepertinya masih ingin bercengkrama dengan bantal gulingnya. Rengekan
pun terdengar. Ah, drama pagi dimulai. Kalau sudah begitu, saya serahkan pada
suami. Karena si kecil hanya bisa dibujuk oleh ayahnya. (Hmm, ibu macam apa
saya ini? Hahaha). Setelah melalui drama, dengan menggendong si kecil,
membujuknya untuk cepat bangun, Alhamdulillah, akhirnya si kecil mau juga
beranjak dari tempat tidurnya. Drama pertama pun terlewati. :D
![]() |
Tugu Taman Hutan Raya Juanda |
![]() |
Sebelum masuk ke dalam hutan, lihat dulu objek yang ada di Tahura |
Alhamdulillah, cuaca hari itu cukup bersahabat. Gak kebayang kalau hujan turun saat kami berada di tengah-tengah hutan. Tak ada tempat berteduh. Meski ada beberapa warung di satu titik tertentu di tengah perjalanan, bukan di sepanjang jalan. Mungkin persiapan lain untuk menyusuri hutan ini perlu membawa payung atau jas hujan, agar tidak kerepotan saat hujan turun. Dan alas kaki yang digunakan sebaiknya menggunakan sepatu kets atau boot. Jangan wedges atau high heels, yah. Hihihi.
![]() |
Memulai perjalanan memasuki hutan |
Tidak terasa sekitar lima belas menit perjalanan dari area parkir, berhasil mengantarkan kami ke pintu Goa Jepang. Sesaat kami diam di depan pintu Goa tersebut. Saat itu cuma kami berempat yang masih berada di sekitar itu. Paling hanya satu atau dua orang yang berpapasan di jalan. Jujur, saya takut untuk memasuki Goa. Membayangkan akan masuk ke arena rumah hantu yang didalamnya akan mengalami kejadian yang menakutkan. Hiiii.
![]() |
Goa Jepang |
![]() | ||
Goa Belanda |
Kemudian kami meneruskan kembali perjalanan. Sebenarnya tidak tahu juga tujuan kami mau ke mana. Pokoknya ikuti saja jalan yang ada. Dan akhirnya kami melewati sebuah warung makan yang lebih besar dan kumplit dari tempat warung lainnya yang sudah kami lewati tadi. Warung itu terletak tepat di area pintu masuk Goa Belanda. Kami pun memutuskan untuk masuk ke dalam Goa Belanda terlebih dahulu. Dengar dari cerita si sulung yang sudah pernah mengunjungi tempat ini (sekitar tiga tahun yang lalu bersama sekolahnya), katanya di dalam Goa Belanda masih terdapat penjara, rel kereta, dan ruang tidur. Wadoooh, makin horor, dong. Apalagi ada issue, suka ada penampakan noni-noni Belanda. Saya tadinya memilih mengurungkan niat untuk ikut masuk. Tapi begitu saya lihat cahaya di ujung Goa dari pintu masuknya, saya pun berani. Itu artinya jarak keluarnya tidak begitu jauh. Hihihi *dasar penakut. Kami pun masuk menyusuri lorong Goa. Dan jalan yang kami lewati itu adalah bekas rel, yang sebagian sudah ditutup/tertutup dengan tanah. Dan di samping kiri kanan kami ada beberapa jalan untuk yang ingin menjelajahi Goa Belanda lebih jauh lagi. Jalan-jalan itulah yang akan mengantarkan ke ruang penjara, ruang tidur, dapur, dan lain-lain. Konon penjara tersebut digunakan Belanda untuk menahan tawanan perang. Bisa jadi ada yang pernah mati juga di dalam penjara itu. Hiiii. Tapi saya menyarankan lurus saja menuju cahaya di ujung sana. Cuma satu keingin saya saat itu, segera sampai ke pintu keluar Goa. Hehehe. Setelah sampai di cahaya ujung Goa tadi, ternyata itu adalah jalan lain untuk meneruskan perjalanan melewati hutan. Karena tidak tahu arahnya ke mana jika melewati jalan itu, kami pun kembali masuk ke Goa untuk kembali ke jalan masuk tadi.
![]() | ||
Warung si Bapak yang berkumis klimis :D Bale yang kami tempati ada di sebelah kanan warung |
![]() | |
Beberapa menu makanan yang kami pesan |
Kami memilih makan dan duduk di bale yang disediakan pemilik warung di sebelah kanan warungnya, sambil melihat orang-orang yang lalu lalang menyusuri jalanan dalam Hutan. Dan yang lebih serunya lagi, banyak monyet-monyet yang berkeliaran dekat warung itu. Tidak Cuma satu atau dua ekor, tapi ada sekitar puluhan ekor monyet. Satu hiburan untuk si kecil, meski agak takut juga. Monyet-monyet itu makin banyak keluar dari dalam hutan, bergelantungan, dan berkelahi dengan sesama monyet lainnya. Dan ketika kami sedang asyik menikmati makanan yang kami pesan, tiba-tiba ada satu ekor monyet menghampiri bale kami. Saya kira mau apa, ternyata monyet itu mengambil jagung bakar si kecil yang sudah dimakan si kecil sebagian, yang diletakkan di piring. Kami kaget dan tidak lama terdengarlah tangisan si kecil yang penuh drama, “Hwaaa, jagung Ifad.” Dan monyet itu tanpa merasa bersalah menikmati jagungnya sambil bertengger di atas pohon. Huh, dasar Monyet. Hahaha. Untuk meredakan tangis si kecil, akhirnya saya memesan satu jagung bakar lagi. Ternyata di warung itu juga menyediakan jagung mentah untuk dibeli pengunjung dan diberikan kepada monyet-monyet yang berada di situ. Suami pun membeli jagung mentah untuk monyet-monyet, agar tidak mencuri lagi makanan pengunjung. Kasihan, sepertinya monyet-monyet itu kelaparan, mereka berebutan dan makin banyak yang keluar dari dalam hutan setelah tahu ada yang memberikan mereka makan.
![]() |
Tiga dari sekian banyak monyet yang berhasil difoto. Cute, yah? :D |
![]() |
Sebelum pulang, pose dulu di depan tugu Tahura :D |
0 komentar